Pada
kali ini saya akan menceritakan tentang film layar lebar Habibie & Ainun.
Minggu lalu saya menyaksikan bersama teman akrab. Film Habibie & Ainun
ini cukup menarik. Selain sosok Habibie-nya sendiri yang memang fenomena,
karena menjadikan Indonesia dikenal di seluruh dunia, juga perjalanan cintanya
dengan sang istri: Ainun yang romantic dan sangat perhatian kepada keluarganya.
Dialog-dialog yang diadaptasi dari buku yang berjudul sama, membuat pasangan
suami-istri yang kebetulan menonton seakan tersihir.
Menurut
cucu Habibie, Bunga mirip dengan Ainun. Semua penilaian karakter memang
berdasar cucu Pak Habibie, termasuk Reza.
Buat saya, di film Habibie & Ainun ini Reza bermain luar biasa. Ia benar-benar menunjukan sosok
sebagai actor, bukan sekadar pemain film yang belakangan kebanyakan modal
tampang. Meski rambutnya masih tebal dan posturnya yang tinggi sangat bertolak
belakang dengan penampakan Habibie, Reza tetap tampil total agar berusaha mirip
dengan karakter Habibie.
Kabarnya,
melakukan riset selama kurang lebih 1,5 tahun. Dalam riset, ia belajar tentang keseharian Habibie,
mulai cara berbicara, makan, tertawa, hingga gesture tangan. Ia lalu belajar bahasa Jerman selama tiga bulan. Selain belajar obrolan sehari-hari, juga belajar berbicara tentang teknik, terutama teknik keretakan pesawat
yang menjadi keahlian Habibie.
Bagi
penonton, terutama perempuan (termasuk saya), yang tidak kuat menahan emosi,
pasti akan meneteskan air mata. Selain tentunya scene-scene lucu, seperti
pemasangan foto Reza saat Habibie diangkat jadi Wakil Presiden Republik
Indonesia.
Scene ketika Habibie menuju ke rumah Soeharto di jalan Cendana
juga membuat “gaduh” penonton. Memang tidak cukup istimewa, tetapi begitu scene
iring-iringan mobil VIP menuju ke Istana dan Habibie duduk di kursi di
ruang tamu Cendana, mayoritas penonton berbisik pelan: “Siapa nih yang jadi
Soeharto-nya?”. Sampai dengan tokoh Soeharto berbicara dengan Habibie, shot-nya
tidak memperlihatkan secara utuh wajah pemeran Soeharto. Ini yang membuat
penasaran para penonton, termasuk saya. Dan akhirnya saya baru mendapat
jawaban, setelah membaca credit title film Habibie & Aninun
ini.
Dalam
film Habibie & Ainun, kesalehan Ainun cuma dua scene
dimunculkan. Itu pun di akhir-akhir film, sebelum ia meninggal. Pertama, saat
ia berwudhu dan sholat di tempat tidur dan saat ia sudah tidak bisa melakukan
apa-apa, tetapi tangan kirinya memegang tasbih. Kesalehan Habibie pun juga
ditunjukan cuma satu scene, saat ia menjadi Imam di dalam kamar tempat
Ainun dirawat. Film ini dianggap sukses dari segi jumlah penonton. Setelah
menyaksikan film tersebut, saya pun tersugesti ingin mengikuti perjalanan cinta
mereka. Memiliki pasangan yang sangat perhatian serta.memiliki kehidupan yang
sangat harmonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar