Minggu, 30 Desember 2012

Film Habibie & Ainun






Pada kali ini saya akan menceritakan tentang film layar lebar Habibie & Ainun. Minggu lalu saya menyaksikan bersama teman akrab. Film Habibie & Ainun ini cukup menarik. Selain sosok Habibie-nya sendiri yang memang fenomena, karena menjadikan Indonesia dikenal di seluruh dunia, juga perjalanan cintanya dengan sang istri: Ainun yang romantic dan sangat perhatian kepada keluarganya. Dialog-dialog yang diadaptasi dari buku yang berjudul sama, membuat pasangan suami-istri yang kebetulan menonton seakan tersihir.
Menurut cucu Habibie, Bunga mirip dengan Ainun. Semua penilaian karakter memang berdasar cucu Pak Habibie, termasuk Reza. Buat saya, di film Habibie & Ainun ini Reza bermain luar biasa. Ia benar-benar menunjukan sosok sebagai actor, bukan sekadar pemain film yang belakangan kebanyakan modal tampang. Meski rambutnya masih tebal dan posturnya yang tinggi sangat bertolak belakang dengan penampakan Habibie, Reza tetap tampil total agar berusaha mirip dengan karakter Habibie.
Kabarnya, melakukan riset selama kurang lebih 1,5 tahun. Dalam riset, ia belajar tentang keseharian Habibie, mulai cara berbicara, makan, tertawa, hingga gesture tangan. Ia lalu belajar bahasa Jerman selama tiga bulan. Selain belajar obrolan sehari-hari, juga belajar berbicara tentang teknik, terutama teknik keretakan pesawat yang menjadi keahlian Habibie.
Bagi penonton, terutama perempuan (termasuk saya), yang tidak kuat menahan emosi, pasti akan meneteskan air mata. Selain tentunya scene-scene lucu, seperti pemasangan foto Reza saat Habibie diangkat jadi Wakil Presiden Republik Indonesia.
Scene ketika Habibie menuju ke rumah Soeharto di jalan Cendana juga membuat “gaduh” penonton. Memang tidak cukup istimewa, tetapi begitu scene iring-iringan mobil VIP menuju ke Istana dan Habibie duduk di kursi di ruang tamu Cendana, mayoritas penonton berbisik pelan: “Siapa nih yang jadi Soeharto-nya?”. Sampai dengan tokoh Soeharto berbicara dengan Habibie, shot-nya tidak memperlihatkan secara utuh wajah pemeran Soeharto. Ini yang membuat penasaran para penonton, termasuk saya. Dan akhirnya saya baru mendapat jawaban, setelah membaca credit title film Habibie & Aninun ini.
Dalam film Habibie & Ainun, kesalehan Ainun cuma dua scene dimunculkan. Itu pun di akhir-akhir film, sebelum ia meninggal. Pertama, saat ia berwudhu dan sholat di tempat tidur dan saat ia sudah tidak bisa melakukan apa-apa, tetapi tangan kirinya memegang tasbih. Kesalehan Habibie pun juga ditunjukan cuma satu scene, saat ia menjadi Imam di dalam kamar tempat Ainun dirawat. Film ini dianggap sukses dari segi jumlah penonton. Setelah menyaksikan film tersebut, saya pun tersugesti ingin mengikuti perjalanan cinta mereka. Memiliki pasangan yang sangat perhatian serta.memiliki kehidupan yang sangat harmonis.